Keturunan
yang baik dan menjadi penyejuk jiwa orang tua adalah dambaan kita semua
orang tua, dan hal itu tidak akan terwujud kecuali dengan pengorbanan
dan usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua dalam hal ini ayah dan
ibu. Mereka berdua menduduki posisi seperti halnya Adam dan Hawa ketika diturunkan kemuka bumi ini untuk mendirikan khalifah/kepemimpinan dimuka bumi.
Setelah ALLAH SWT menurunkan ke bumi dua insane yaitu Adam dan Hawa, mereka diturunkan bersama lalu
menjalankan perintah yang agung itu (Qs. Al-Baqarah [2]: 30). Jadi,
pendidikan adalah sebuah nutrisi, pengembangan dan perluasan cakrawala.
Semua itu terkait dengan masalah iman, yang merupakan akar dan titik
tolak untuk mendirikan amal yang baik.
“Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan ALLAH, sesungguhnya
mempersekutukan ALLAH adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Qs.
Luqman [31]:13).
Dan
wasiat diatas merupakan nasehat untuk mempersiapkan anak dalam
kehidupan bermasyarakat dan menghadapi berbagai macam peristiwa dan
pasang surutnya, yaitu dengan mengingatkan diri mereka kepada ALLAH,
bersifat sabar dan memerintahkan kepada kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran.
Berikut beberapa nasehat luqman kepada anak-nya :
1.
Hai anakku; ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang
dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Bilai engkau ingun
selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang
bernama taqwa, isinya ialah iman dan layarnya ialah tawakkal kepada
Allah.
2.
Orang-orang yang senantiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasehat,
maka dirinya akan mendapat penjagaan dari Allah. Orang yang insyaf dan
sadar setelah menerima nasehat orang lain, dia akan senantiasa menerima
kemuliaan dari Allah juga.
3.
Hai anakku, orang yang merasa dirinya hina dan rendah dalam beribadah
dan taat kepada Allah, tawadhu’ kepadaNya, dia akan lebih dekat dengan
Allah dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepadaNya.
4.
Hai anakku, seandainya orang tuamu marah kepadamu (karena kesalahanmu),
maka marahnya orang tua ituadakah bagaikan pupuk bagi tanam-tanaman.
5.
Jauhkanlah dirimu dari berhutang, karena sesungguhbya berhutang itu
bisa menjadikan dirimu hina diwaktu siang dan gelisah diwaktu malam.
6.
Dan selalulah berharap kepada Allah tentang sesuatu yang menyebabkan
untuk tidak mendurhakai Allah. Takutlah kepada Allah dengan
sebenar-benar takut, tentulah engkau akan lepas dari sifat keputus-asaan
dari rahmatNya.
7.
Hai anakku, seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak
dipercayai orang, dan seorang yang telah bejat akhlaknya akan
senantiasa banyak melamunkan hal-hal yang tidak benar. Ketahuilah,
memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada
memberi pengerian kepada yang tidak mengerti.
8.
Hai anakku, engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu
besar dan besi yang amat berta, tetapi akan lebih berat lagi daripada
itu semua, adalah bilamana engkau mempunyai tetangga yang jahat.
9.
Hai anakku, janganlah sekali-kali engkau mengirmkan seseorang yang
bodoh menjadi utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdas dan pintar,
sebaiknya dirimu sendiri sajalah yang menjadi ututsan.
10.Jauhila
sifat dusta, sebab berdusta itu enak sekali mengerjakannya, bagaikan
memakan daging burung, padahal sedikit saja berdusta itu telah
memberikan akibat yang berbahaya.
11.
Hai anakku, bila engkau menghadapi dua alternatif, menjenguk (takziah)
orang mati ataukah menghadiri pesta perkawinan, maka hendaklah engkau
memilih untuk melayat orang mati. Sebab melayat orang mati itu akan
mengingatkanmu kepada kampung akhirat, sedangkan menghadiri pesta
pernikahan itu hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi saja.
12.Janganlah
engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, karena sesungguhnya makan
yang terlalu kenyang itu alangkah lebih baiknya bila makanan itu
diberikan kepada anjing saja.
13.Hai
anakku, janganlah engkau langsung menelan saja karena manisnya barang
dan jangan langsung memuntahkan saja pahitnya barang. Karena yang manis
itu belum tentu menimbulkan kesegaran, dan yang pahit itu belum tentu
menimbulkan kegetiran.
14.Makanlah
makananmu bersama-sama dengan orang-orang yang taqwa dan
musyawarahkanlah urusanmu dengan para alim ulama dengan cara memohon
nasehat kepadanya.
15.Hai
anakku, bukanlah suatu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari
ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tak ubahnya
bagaikan seorang yang mencari kayu bakar, setelah banyak terkumpul maka
ia tidak kuat memikulnya padahal ia masih selalu menambahnya jua.
16.Hai
anakku, bila engkau ingin menemukan kawan sejati, maka ujilah terlebih
dahulu dengan pura-pura membikin dia marah. Bilamana di dalam
kemarahannya itu dia masih berusaha menginsyafkan atau menyadarkan kamu,
maka bolehlah dia engkau ambil menjadi kawan. Bila tidak demikian, maka
berhati-hatilah engkau terhadapnya.
17.Selalulah
baik tutur katamu dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, karena
engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain
yang pernah memberikan barang berharga.
18.Hai
anakku, bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang
yang tidak mengharapkan sesuatu dari padanya. Namun biarkanlah dia yang
mengharapkan sesuatu darimu.
19.Jadikanlah
dirimu dalam segala perilakumu sebagai orang yang tidak ingin menerima
pujian atau mengharapkan sanjungan orang lain, karena motivasi riya itu
menimbulkan cela.
20.Hai
anakku usahakanlah agara mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata yang
busuk dan kotor serta kasar, karena engkau akan lebih selamat bila
berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu mendatangkan
kemanfaatan bagi orang lain.
21.Hai
anakku, janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu
direpotkan dunia saja karena engkau diciptakan Allah bukanlah untuk
dunia saja. Sesungguhnya tidak ada makhluk yang lebih hina dari pada
orang yang terperdaya oleh dunia.
22.Hai
anakku, janganlah engkau mudah tertawa kalau bukan karena sesuatu yang
menggelikan, engkau berjalan tanpa tujuan pasti, janganlah engkau
menanyakan sesuatu yang tidak ada gunanya bagimu, janganlah
menyia-nyiakan hartamu.
23.Barangsiapa
yang penyayang tentu akan disayang, siapa pendiam akan selamat dari
pada berkata yang mengandung racun, dan barangsiapa yang tidak bisa
menahan lidahnya dari berkata kotor tentulah akan menyesal.
24.Hai
anakku, bergaullah rapat engkau dengan orang alim dan orang berilmu.
Perhatikanlah kata dan nasehatnya karena sesungguhnya sejuklah hati ini
mendengarkan nasehatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari
mutiara kata-katanya bagaikan tanah yang subur tersiram air hujan.
25.Hai
anakku, ambillah harta dunia sekedar keperluanmu, dan nafkahkanlah yang
selebihnya untuk bekal akhiratmu. Janganlah engkau tending dunia ini ke
keranjang sampah karena nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat
beban orang lain. Sebaliknya jangan engkau peluk dunia ini serta
mereguk habis airnya karena sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu
adalah tanah belaka. Janganlah engkau berteman dengan orang pandir dan
janganlah pula berteman dengan orang yang bermuka dua, karena akan
membahayakanmu.
Pendidikan
yang kita tanamkan sejak usia dini, Insya ALLAH akan menciptakan
benteng yang kokoh bagi anak kita dari segala keburukan yang akan
dihadapinya dalam kehidupan dia kelak. Dan kita sebagai orang tua
terdekat merupakan lingkungan pertama yang akan membentuk anak kita
kelak seperti apa.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belejar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih saying dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.