Berbicara. Sungguh sebuah kosa kata yang sederhana. Setiap hari kita
mengucapkan kata-kata, sehingga sama sekali tidak ada hal yang menarik
untuk dibahas. Tetapi, mengapa ada orang yang dibayar hingga puluhan
juta rupiah untuk berbicara selama satu atau dua jam saja? Ada orang
yang dicintai karena perkataan-perkataannya. Dan ada orang yang dibenci
karena ucapan-ucapannya. Oleh sebab itu, kesederhanaan dibalik makna
'berbicara' pastilah memiliki keistimewaan yang layak untuk kita
renungkan.
Berbicara bukanlah sekedar keterampilan memainkan lidah
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Melainkan juga menjadi salah
satu sarana untuk menyampaikan gagasan, bertukar pikiran, juga
mempengaruhi orang lain. Bagi Anda yang tertarik untuk belajar berbicara
secara efektif, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5
kemampuan Natural Intelligence berikut ini:
1. Berbicaralah yang baik, atau diam saja.
Sungguh
beruntung orang-orang yang dapat menjaga lidahnya untuk tetap diam,
daripada mereka yang rajin mengucapkan perkataan yang tidak memiliki
manfaat apa-apa. Resiko tertinggi orang yang diam adalah 'disebut orang
pasif'. Sedangkan resiko terrendah bagi orang yang banyak bicara adalah
disebut 'orang yang banyak omong'. Manfaat terbesar bagi orang yang diam
adalah 'tidak dibenci oleh orang lain'. Sedangkan manfaat terbesar bagi
orang yang berbicara adalah; 'pahala yang mengalir atas kata-katanya
yang baik'. Maka berbicaralah yang baik-baik karena pahala kebaikannya
sangat besar. Atau kalau tidak bisa mengucapkan perkataan yang baik,
maka sebaiknya ya diam saja.
2. Selaraskanlah antara perkataan dengan perbuatan.
Perhatikan
orang-orang yang tidak selaras antara perkataannya dengan perbuatannya.
Betapa banyak contoh orang seperti itu dihadapan Anda. Dan Anda tahu
betul bahwa orang lain sudah tidak lagi mempercayai mereka. Ketika
seseorang mengatakan pesan-pesan kebaikan kepada orang lain, namun
dirinya sendiri berperilaku sebaliknya; maka orang tidak lagi
mempercayai kata-katanya. Karena ketidakselarasan menyebabkan hilangnya
kepercayaan. Jagalah keselarasan antara perkataan dan perbuatan, maka
Anda akan mendapatkan kepercayaan dari orang-orang disekitar Anda.
3. Gunakanlah perkataan untuk mengajari diri sendiri.
Orang-orang
yang terlalu banyak berbicara – saya, misalnya – memiliki kecendrungan
untuk mengajari atau mengajak orang lain melalui perkataan yang yang
diucapkannya. Sayangnya sering lupa untuk mengajari diri sendiri.
"Jujurlah!" katanya. Tetapi dia sendiri tidak jujur. Ini menandakan
bahwa dia gagal mengajari dirinya sendiri. Motivasi saya saat mengatakan
sesuatu adalah mengajari diri sendiri. Ternyata sangat berat untuk
belajar sendirian, makanya saya membagi pelajaran bersama orang-orang
yang saya cintai. Itulah sebabnya sambil mengajari diri sendiri, saya
berbagi pelajaran itu dengan Anda.
4. Tebuslah perkataan dengan pendengaran.
Ada
ruginya juga memposisikan diri sebagai orang yang paling banyak
berbicara. Kita sering tidak sempat mendengar perkataan orang lain.
Boleh jadi perkataan kita bukanlah hal terbaik dalam satu urusan
tertentu. Namun karena kita tidak bersedia mendengarkan perkataan orang
lain; maka kita kehilangan pelajaran berharga. Sungguh beruntunglah
orang yang selain berbicara, dia juga bersedia mendengar. Selain ilmunya
bisa memberi manfaat kepada orang lain, dia sendiri bisa menarik
manfaat dari pelajaran yang ditebarkan oleh orang lain.
5. Yakinlah jika setiap perkataan harus dipertanggungjawabkan.
Kita
sering mengira bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita akan menguap
begitu saja. Kenyataannya perkataan yang kita ucapkan beberapa tahun
lalu, masih diingat oleh orang lain. Sungguh beruntung jika kata-kata
itu baik. Namun sungguh rugi kita jika kata-kata itu buruk. Setiap kata
yang baik, menghasilkan pahala yang baik. Namun, setiap perkataan buruk
pasti akan dibalas dengan imbalan yang juga buruk. Bahkan, guru
spiritual saya mengatakan; "Betapa besarnya murka Tuhan kepada orang
yang mengatakan sesuatu yang bertolak belakang dengan perbuatannya."
Maka yakinlah, setiap perkataan harus dipertanggungjawabkan.
Keterampilan
berbicara bukanlah monopoli mereka yang berprofesi sebagai pembicara
publik. Setiap orang patut memiliki keterampilan berbicara yang baik.
Satu hal yang perlu diingat adalah; berbicara tidak selalu berarti
mengucapkan sesuatu dengan lidah kita. Melainkan juga menunjukkan
tindakan nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kita bisa
berbicara dengan nyaring, namun perbuatan kita berbicara lebih nyaring
dari kata-kata yang diolah oleh lidah kita.