Pancaran
kebahagiaan diwajah kita adalah cermin dari hati yang bahagia ketika
hidup penuh syukur mendapatkan nikmat dan bersabar dikala mendapatkan
ujian. Begitulah yang dirasakan seorang Ibu dengan tiga putrinya. Di
dalam hidupnya harus melewati ujian kehidupan yang sebelumnya tidak
pernah disadarinya. Setelah pernikahannya dua puluh tahun dikaruniai
dengan tiga putri yang sudah beranjak dewasa dikejutkan oleh kenyataan
pahit, tiba-tiba suami menggugat cerai. Sampai beliau berpikir, apa yang
salah dari dirinya sampai suaminya tega melakukan itu. Beliau sempat
depresi, bingung tak tahu apa yang harus dilakukan. Apa lagi sang buah
hati mereka sangat mengidolakan ayah dan bundanya. Mesti begitu dirinya
tidak membiarkan ketiga putrinya terlihat dalam masalah orang tuanya.
Ketidak mengertian atas sikap suaminya karena selama ini kehidupan rumah tangga sangatlah tenteram dan bahagia, tidak pernah bertengkar dan keributan dan tidak ada alasan yang utama yang bisa dijadikan gugatan cerai oleh suaminya karena selain istri sangat menghormatinya dan tidak ada gelagat atau perilaku yang aneh. Suaminya yang sangat santun dan penuh perhatian pada anak istrinya. Ditengah kegalauannya beliau datang ke Rumah Amalia untuk berbagi dan berdoa. ‘Syukurlah alhamdulillah, dengan berdoa pale tidak telah membuat hati saya menjadi sejuk, bisa menerima dengan lapang dada, hati yang bersih dan ikhlas dalam menghadapi hidup ini,’ tuturnya. Ditengah dirinya sudah berserah diri kepada Allah. Mencoba untuk instropeksi diri atas semua kekurangannya. Disaat itulah kebahagiaan itu hadir dan meluluhkan hati suami tercintanya kembali pulang ke rumah dan telah mencabut gugatan cerainya. ‘Sungguh Mas Agus Syafii, hati saya sangat bahagia karena Allah telah membuat keluarga kami bisa berkumpul kembali.’ tuturnya. Malam itu hatinya penuh kebahagiaan tak henti mengucapkan puji syukur kehadirat Allah. ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.’ (QS. Faathir : 34).
Ketidak mengertian atas sikap suaminya karena selama ini kehidupan rumah tangga sangatlah tenteram dan bahagia, tidak pernah bertengkar dan keributan dan tidak ada alasan yang utama yang bisa dijadikan gugatan cerai oleh suaminya karena selain istri sangat menghormatinya dan tidak ada gelagat atau perilaku yang aneh. Suaminya yang sangat santun dan penuh perhatian pada anak istrinya. Ditengah kegalauannya beliau datang ke Rumah Amalia untuk berbagi dan berdoa. ‘Syukurlah alhamdulillah, dengan berdoa pale tidak telah membuat hati saya menjadi sejuk, bisa menerima dengan lapang dada, hati yang bersih dan ikhlas dalam menghadapi hidup ini,’ tuturnya. Ditengah dirinya sudah berserah diri kepada Allah. Mencoba untuk instropeksi diri atas semua kekurangannya. Disaat itulah kebahagiaan itu hadir dan meluluhkan hati suami tercintanya kembali pulang ke rumah dan telah mencabut gugatan cerainya. ‘Sungguh Mas Agus Syafii, hati saya sangat bahagia karena Allah telah membuat keluarga kami bisa berkumpul kembali.’ tuturnya. Malam itu hatinya penuh kebahagiaan tak henti mengucapkan puji syukur kehadirat Allah. ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.’ (QS. Faathir : 34).