Ketika
bertemu dengan orang yang kita kenal dan tidak menegur atau pura-pura
tidak kenal, maka kita menyebutnya orang yang sombong. Ketika ada orang
yang suka berbicara besar serta memamerkan keberhasilan-keberhasilan
yang diraihnya, maka kita menyebutnya orang yang sombong. Ketika ada
orang kaya yang tidak mau bergaul dengan orang miskin biasanya disebut
orang yang sombong. Kesombongan-kesombongan seperti ini memang sangat
mudah kita ketahui, namun sesungguhnya sifat sombong itu bersembunyi
jauh didalam hati kita dan tidak langsung kelihatan.
Sifat
sombong, takabur dan tinggi hati selalu beranjak dari assumsi bahwa
hanya dirinya memiliki kelebihan, keistimewaan, keunggulan dan kemuliaan
ketika dihadapkan pada kepemilikan orang lain. Kesombongan yang berawal
dari perasaan lebih atas orang lain, yang selanjutnya memunculkan sikap
takabur, dan dari sana lalu timbul sikap gampang menganggap rendah
orang lain adalah awal dari kerusakan tatanan sosial masyarakat.
Sombong
adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang
benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat
terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya,
lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.
Di
tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa
lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang
lain. Sedangkan di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor
kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih
pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.
Yang
menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita
mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun
sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit
terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam
batin kita.
Diri
ini laksana setitik debu yang berterbangan, tak ada daya bila
dibandingkan dengan luasnya alam semesta. Maka janganlah sekali-kali
menyimpan rasa sombong walau hanya sebesar biji sawi (atom) pun, karena
hal itu akan menghalangi kita tuk merasakan indahnya nikmat dan rahmat
Allah Subhanahu Wata'ala dalam keabadian surga-Nya.
Kesombongan
adalah jubah kebesaran yang tidak selayaknya dimiliki oleh seorang
makhluk seperti kita, karena memang kita tercipta sebagai seorang hamba,
hanya seorang hamba yang memiliki kelemahan yang tak terhingga.
Ingatlah sesungguhnya tujuan keberadaan kita disini tiada lain hanya
untuk beribadah dan menyampaikan pesan keislaman kita sebagai rahmat
bagi sekalian alam, dan segala sesuatu yang kita lakukan haruslah
memiliki dasar atas penghambaan diri kepada-Nya.
Apa
yang kita miliki sesungguhnya tidak akan pernah abadi, karena keabadian
hanyalah mutlak bagi-Nya yaitu Allah Subhanahu Wata'ala. Setiap nafas
yang kita hirup akan memiliki pertanggung jawabannya di akhirat kelak.
Setiap detak jantung yang kita lalui akan menanyakan apa yang telah kita
lakukan selama ia berdetak. Jika kita dianugrahkan sebuah kelebihan,
maka hal itu tidaklah menjadi pembeda atas diri kita dihadapan-Nya,
karena memang yang akan membedakan setiap hamba dari hamba lainnya
hanyalah tingkat ketaatan dan ketakwaan kepada-Nya. Raih dan raihlah
kesempatan kita untuk melakukan yang terbaik dalam hidup kita dengan
dasar ibadah kepada-Nya.
Meskipun
kita diberikan oleh Allah suatu kelebihan yang mungkin tak dimiliki
oleh orang disekitar kita, lantas janganlah hal itu menjadikan kita
berlaku dan membanggakannya secara berlebihan, karena hal itu sangatlah
tidak disenangi oleh Sang Pencipta dan Pemberi Amanah atas kelebihan
yang kita miliki.
Senantiasalah
berbagi nasehat kepada sesama, karena itu akan menjadi bekal catatan
amal yang tak terputus bagi kita kelak, meskipun kita telah tiada di
kehidupan ini. Janganlah merasa malu untuk menjalankan perintah Allah,
karena rasa malu itu hanya akan menjauhkan kita dari ridha-Nya.
Janganlah bersikap angkuh ketika kabar akan kebaikan dari firman-Nya
datang menghampiri kita, karena itu akan mendekatkan kita kepada
laknat-Nya.
Senantiasalah
menampilkan mimik wajah terbaikmu ketika berhadapan dengan orang
disekitarmu, dan janganlah sekali-kali engkau menampilkan wajah masam,
acuh, bahkan wajah marah yang penuh dengan kesombongan, karena hal itu
akan menjauhkanmu dari indahnya rahmat Allah di dalam sebuah
silaturahim.
Janganlah
berkata dengan perkataan yang tidak disenangi oleh lawan bicaramu, dan
janganlah pula engkau berkata dengan intonasi atau nada yang dapat
mengganggu orang disekitarmu, karena itu mungkin akan membuat sebagian
hati dari orang disekitarmu merasa risih bahkan terganggu bila
mendengarkanmu, bahkan mungkin akan memunculkan fitnah dan prasangka
buruk terhadap sifatmu. Maka senantiasalah bersantun dalam bicaramu dan
jagalah perkataanmu.
Jadikanlah
diri kita sebagai hamba yang senantiasa bersyukur atas apa yang kita
miliki, atas apa yang telah Allah anugrahkan kepada kita. Sungguh Allah
sangat mencintai orang-orang yang selalu bersyukur kepadanya, bahkan
akan melimpahkan kenikmatan yang tak terhingga kiranya. Namun Sobat,
janganlah sekali-kali nikmat yang Allah beri menjadikan diri kita lupa
tuk bersyukur atasnya, dan hanya berlaku khilaf dan larut dengan semua
perkara kesenangan dunia tampa mengucap syukur dan ingat bahwasanya apa
yang diberi mestilah berorientasi pada ketaatan kepada-Nya. Ketahuilah
sungguh Allah sangat membenci hal yang demikian, bila kita tidak dengan
segera menyadari dan memohon ampun kepada-Nya, maka sungguh azab Allah
sangatlah pedih.
Sungguh
tidak pantas diri ini menasehati kebaikan-kebaikan melalui media ini,
karena aku menyadari bahwa aku adalah hamba Allah yang lemah yang banyak
memiliki kekurangan. Mungkin nasehat ini lebihlah tepat tertuju pada
diriku sendiri, namun setidaknya diri ini telah sedikit menyampaikan
kebaikan, bila tulisan ini tidak berkenan, maka sungguh kewajibanku
telah tertunai sudah, dan sungguh tak ada pemaksaan dalam keyakinan
keislaman kita.
”Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [QS
Luqman:18]
Dari
Ibn Mas’ud, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk
sorga, seseorang yang di dalam hatinya ada sebijih atom dari sifat
sombong”. Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Saw: “Sesungguhnya
seseorang menyukai kalau pakainnya itu indah atau sandalnya juga baik”.
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala adalah
Maha Indah dan menyukai keindahan. Sifat sombong adalah mengabaikan
kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim]