Bisa dibayangkan, bagaimana situasi dalam rumah tangga jika tidak ada
lagi kehangatan antara suami istri? Tentunya Anda akan mebayangkan
bagaimana hubungan antara suami istri seakan-akan beku. Cinta, sebuah
kata yang selalu diagung-agungkan, dan dipupuk supaya terus bersemi,
rupanya hanya sebuah hiasan sejarah sebelum atau di awal pernikahan.
Semua berubah dan menguap entah kemana. Suasana rumah tangga menjadi
sebuah rutinitas yang menjemukan dan membosankan. Keadaan semacam ini
bisa terjadi pada siapa pun. Kehidupan rumah tangga yang telah digelar
melalui ikatan perkawinan adalah sebuah gambaran dari kondisi makro
kehidupan di dunia. Selalu ada dinamika, romantika, dan dialektika untuk
mewujudkan kondisi-kondisi yang sesuai dengan kenyamanan dan
ketentraman kita.
Memang, terkadang dinamika itu bisa dilampaui secara bersama-sama, suami
dan istri, dan keduanya dapat merasakan kebahagiaan dalam kebersamaan.
Tetapi di sisi lain, akan muncul juga perselisihan di antara keduanya
hanya karena persoalan-persoalan kecil, yang semestinya tidak perlu
menimbulkan perselisihan. Bahkan tidak jarang perslisihan suami istri
diselimuti dengan amarah, kekesalan, dan berimbas perang dingin di
antara keduanya. Di saat lain lagi, terkadang harus merasakan kejenuhan
dalam menjalani rutinitas kehidupan rumah tangga. Ya, semua harus
disadari, semua harus dipahami, dan semua harus dimengerti, bahwa semua
yang terjadi adalah hal yang sangat wajar dan manusiawi dalam dialektika
kehidupan. Sekali lagi ingat, rumah tangga adalah gambaran dari kondisi
makro kehidupan dunia.
Sekali waktu mungkin kita semua berpikir bahwa kehidupan rumah tangga
yang akan kita bangun harus berjalan mulus tanpa batu sandungan apapun,
diselimuti dengan suasana penuh kebahagiaan, tidak ada perselisihan, dan
tidak akan ada kemarahan. Dan jika pikiran-pikiran tersebut terus
menuntun jalan hidup kita, maka sadarlah, bahwa kita telah terjebak ke
dalam pola pikir yang sangat utopis, terjebak ke dalam angan-angan
idealis, dan kita akan terbelalak saat melalui realitas kehidupan yang
kelak akan kita hadapi. Yaitu realitas kehidupan rumah tangga yang penuh
dengan dinamika, romantika, dan dialektika. Demikianlah kondisi alamiah
itu terjadi dalam kehidupan kita.
Karenanya, terimalah dinamika, romantika, dan dialektika itu sebagai
anugerah hidup yang akan membuat rumah tangga kita menjadi penuh dengan
warna. Semakin banyak dinamika yang harus kita lalui, semakin banyak
romantika yang harus kita jalani, dan semakin banyak dialektika yang
harus kita hadapi, maka sesungguhnya, semakin banyak lah kita mengenyam
pengalaman hidup. Dan jika kita menjalani semua proses kehidupan itu,
tidak terkecuali dalam rumah tangga, dengan penuh keikhlasan, maka
secara tidak langsung kita telah mengekspresikan rasa bersyukur di
hadapan Allah SWT.